Minggu, 08 Agustus 2010

Cerita Tanpa Judul

Gue bakalan menceritakan kisah dari kehidupan gue sendiri. Tapi gue rubah jadi sebuah cerita yang lebih mirip cerpen. Let's read :D.


Disebuah kerajaan yang amat megah, hiduplah seorang Pangeran yang tampan, bijaksana, dan dikagumi rakyatnya. Darah kebijaksanaan ayahnya mengalir ke dalam dirinya. Dia juga sangat disukai oleh kaum wanita, baik yang berkasta kerajaan, maupun yang berkasta rendah. Ia lelaki bertipe pemimpin yang dapat mengetuai pasukan perang dan dapat dengan cukup adil memerintah rakyatnya. Dia dianugerahi kesempurnaan tak terhingga, tak heran banyak wanita yang jatuh hati padanya. Meskipun begitu pangeran ini memiliki keburukan yang mungkin sangat sakral, ia adalah munafik sejati yang dapat mengumbar janji-janji palsu sehingga dapat  membius wanita yang digenggamnya menjadi sangat nyaman dan terlalu mencintai pangeran ini, setelah bosan, wanita itu akan ditinggalkan begitu saja. Oh iya, pangeran ini bernama Ray (namanya kayak artis kawakan Ray Sahetapy, tapi ya udahlah gue emang ga kreatip). Dan dikerajaan kota sebelah yang nggak kalah megahnya, ada seorang putri cantik bernama Windy (sekali lagi gue emang ga kreatip) ia putri yang sangat baik hati, sederhana dan peka terhadap sesama. Tuan putri Windy, tidak seperti Putri-putri kerajaan lainnya yang kebanyakan menghabiskan waktunya untuk berfoya-foya, selalu mengadakan pesta dan hanya mau berteman dengan sesama putri atau bisa dibilang, hanya mau berteman dengan orang yang memiliki kasta yang sama, ia lebih memilih diam dikamar, belajar dan berteman dengan orang-orang berkasta rendah dan tidak populer (read: rakyat jelata). Karena itu, Windy menjadi seorang putri yang sangat disukai rakyat kerajaannya. Sampai suatu ketika ia sedang berjalan-jalan di sebuah desa dimana desa itu sudah melewati batas dari pemerintahan kerajaan Windy dan mulai masuk ke dalam area kerajaan Ray. Kau tahu apa yang sedang ia lakukan? Ia sedang membagikan buah apel yang baru saja ia panen di istana untuk rakyatnya, ia tak tahu bahwa ia sudah melanggar batas ketentuan wilayah kerajaan, Windy tetap dengan riang membagikan apel dari rumah ke rumah. Saat keranjangnya habis, dia baru menyadari bahwa ia sudah jauh dari wilayah kerajaannya. Dia jatuh terduduk, air matanya mengalir. 'aku pasti akan dimarahi ayahku, aku sudah bermain terlalu jauh', ucapnya sambil terisak. Tak jauh dari sana, terdapat pangeran Ray yang sedang berkuda, ia lalu melihat gadis bergaun putih sederhana yang terduduk tak jauh dari dirinya. Sang pangeran lalu menghampiri si putri, 'ada apa? Hari ini sudah gelap? Kenapa kamu duduk disini?' katanya sambil menepuk pundak gadis itu dari belakang. Putri cantik itu menengok ke belakang dengan kaget sekaligus sambil terisak, pangeran tersebut juga kaget dan sekaligus terpukau dengan kecantikan si putri tersebut. Melihat laki-laki tampan yang dihadapannya memakai baju mewah khas kerajaan ia menunduk hormat dan segera memohon maaf atas apa yang ia lakukan, 'maaf tuan, saya sudah melanggar batas wilayah kerajaan anda', ucap Windy sembari menghentikan isakannya. Tanpa berkedip, pangeran tampan itu menjawab, 'apa yang kamu lakukan disini?'. Putri cantik itu menjawab dengan malu-malu 'saya hanya ingin membagikan sedikit rejeki buat rakyat saya, tuan. Saya baru memanen apel di kebun milik saya, karena keasyikan berjalan dan membagikan apel, saya jadi melanggar wilayah tuan'. Sang pangeran tersenyum karena kagum dengan kebaikan hati gadis yang sekarang berada di hadapannya ini, ia sedikit berjongkok agar ia bisa melihat dengan jelas si gadis yang sedang duduk itu. 'siapa namamu?' ucap sang pangeran lembut. Putri cantik itu menjawab, 'saya Windy, rakyat kerajaan sebelah, tuan' entah kenapa Putri cantik ini enggan memberitahunya bahwa ia adalah putri dari kerajaan sebelah. Pangeran itu mengulurkan tangannya sambil tersenyum, 'mau aku antar kamu pulang? sudah hampir malam dan gadis seperti kamu tidak boleh jalan sendirian untuk ke kerajaan sebelah'. 'apa tidak merepotkan anda, tuan?' wajahnya yang tertunduk jadi terangkat karena dia merasa beruntung sekali ditolong lelaki sebaik orang ini. 'tentu saja tidak, Windy'. Gadis itu menerima uluran tangan sang pangeran dengan suka cita, ia naik ke kuda sang pangeran, dan kuda gagah itu berjalan dengan perlahan...

beberapa lama kemudian, mereka berdua pun sampai ke kerajaan dimana Windy tinggal.

'dimana rumahmu, Windy?' tanya pangeran Ray mencoba membuka obrolan. Windy tersenyum dan menunjuk kastil yang tak jauh dari tempatnya berdiri.

'itu, tuan'. Pangeran itu terbelalak, 'kamu? tinggal di kastil ini?'

'iya tuan, saya putri kerajaan ini. Terimakasih tuan mau mengantar saya sampai ke sini' Putri Windy pergi tanpa memperhatikan wajah Ray yang masih kaget. Ray sepertinya jatuh cinta kepada gadis ini.

Windy berlari kencang menuju kamarnya, sebelum ayahnya menemukannya. Sesampainya di kamar ia merebahkan badannya, dan menghembuskan nafasnya keras-keras. Nafas sang putri itu memburu, wajahnya tak tahan akan debaran yang merasuki dirinya. Automatically, ia sepertinya juga jatuh cinta dengan pangeran tampan itu.